Senin, 24 Mei 2010

Karya-karya Faiz

Ini beberapa puisi Faiz yang ku suka. Baca dan hayati lah.......... Maka akan terasa betapa tulusnya kata-kata itu dan lugu khas anak-anak...........


SITI DAN UDIN DI JALAN



Siti dan Udin namanya

sejak pagi belum makan

minum cuma seadanya

dengan membawa kecrekan

mengitari jalan-jalan ibu kota



Siti punya ayah

seorang tukang becak

ibunya tukang cuci

berbadan ringkih



Udin tak tahu di mana ayahnya

ditinggal sejak bayi

ibunya hanya pemulung

memunguti kardus dan plastik bekas



Mereka bangun rumah

dari triplek dan kardus tebal

di tepi kali ciliwung

tapi sering kena gusur



Bila malam tiba

mereka tidur di kolong jembatan

ditemani nyanyian nyamuk

dan suara bentakan preman



Siti dan Udin namanya

muka mereka penuh debu

dengan baju rombengan

menyanyi di tengah kebisingan



pagi sampai malam

tersenyum dalam peluh

menyapa om dan tante

mengharap receh seadanya



Beribu Siti dan Udin

berkeliaran di jalan-jalan

dengan suara serak

dan napas sesak oleh polusi

kalau hari ini bisa makan

sudah alhamdulillah

tapi tetap berdoa

agar bisa sekolah

dan punya rumah berjendela

(Februari 2003)



MENARUH



Aku menaruh semua mainan

dan teman di sisiku



Aku menaruh bunda

di hatiku

dekat sekali

dengan tempat kebaikan



Tapi

Aku tak bisa menaruh Allah

Ia menaruhku di bumi

bersama bunda dan semua

Ia ada dalam tiap napas

dan penglihatanku



Allah, hari ini kumohon

taruhlah para anak jalanan,

teman-teman kecilku yang miskin

dan menderita

dalam belaianMu

dan buatlah ayah bunda

menjadi kaya

dan menaruh mereka

di rumah kami



Amin.

(Juli 2001)



SURAT BUAT IBU NEGARA



Kepada Yang Terhormat

Presiden Republik Indonesia

Megawati

Di Istana



Assalaamualaikum.

Ibu Mega, apa kabar ?

Aku harap ibu baik-baik seperti aku saat ini.

Ibu, di kelas badanku paling tinggi.

Cita-citaku juga tinggi.

Aku mau jadi presiden.

Tapi baik.

Presiden yang pintar,

bisa buat komputer sendiri.

Yang tegas sekali.

Bisa bicara 10 bahasa.

Presiden yang dicintai orang-orang.

Kalau meninggal masuk surga.



Ibu sayang,

Bunda pernah cerita

tentang Umar sahabat Nabi Muhammad.

Dia itu pemimpin.

Umar suka jalan-jalan

ke tempat yang banyak orang miskinnya.

Tapi orang-orang tidak tahu kalau itu Umar.

Soalnya Umar menyamar.

Umar juga tidak bawa pengawal.

Umar jadi tahu

kalau ada orang yang kesusahan di negerinya

Dia bisa cepat menolong.



Kalau jadi presiden

aku juga mau seperti Umar.

Tapi masih lama sekali.

Harus sudah tua dan kalau dipilih orang.

Jadi aku mengirim surat ini

Mau mengajak ibu menyamar.

Malam-malam kita bisa pergi

ke tempat yang banyak orang miskinnya.

Pakai baju robek dan jelek.

Muka dibuat kotor.

Kita dengar kesusahan rakyat.

Terus kita tolong.



Tapi ibu jangan bawa pengawal.

Jangan bilang-bilang.

Kita tidak usah pergi jauh-jauh.

Di dekat rumahku juga banyak anak jalanan.

Mereka mengamen mengemis.

Tidak ada bapak ibunya.

Terus banyak orang jahat

minta duit dari anak-anak kecil.

Kasihan.



Ibu Presiden,

kalau mau, ibu balas surat aku ya.

Jangan ketahuan pengawal

nanti ibu tidak boleh pergi.

Aku yang jaga

supaya ibu tidak diganggu orang.

Ibu jangan takut.

Presiden kan punya baju tidak mempan peluru.

Ada kan seperti di filem ?

Pakai saja.



Ibu juga bisa kurus

kalau jalan kaki terus.

Tapi tidak apa.

Sehat.

Jadi ibu bisa kenal orang-orang miskin

di negara Indonesia.

Bisa tahu sendiri

tidak usah tunggu laporan

karena sering ada korupsi.



Sudah dulu ya.

Ibu jangan marah ya.

Kalau tidak senang

aku jangan dipenjara ya.

Terimakasih.



Dari

Abdurahman Faiz

Kelas II SDN 02 Cipayung Jakarta Timur




PENGUNGSI DI NEGERI SENDIRI



Tak ada lagi yang menari

di antara tenda-tenda kumuh



di sini

hanya derita

yang melekat di mata

dan hati kami



Tidak satu nyanyian pun

pernah kami dendangkan lagi

hanya lagu-lagu airmata

di antara lapar, dahaga

pada pergantian musim



Sampaikah padamu, saudaraku ?

(Oktober 2003)



TUJUH LUKA DI HARI ULANGTAHUNKU



Sehari sebelum ulangtahunku

aku terjatuh di selokan besar

ada tujuh luka membekas, berdarah

aku mencoba tertawa, malah meringis



Sehari sebelum ulangtahunku

negeriku masih juga begitu

lebih dari tujuh luka membekas

kemiskinan, kejahatan,

korupsi di mana-mana,

pengangguran, pengungsi

jadi pemandangan

yang meletihkan mata

menyakitkan hati



Tapi ada yang seperti lucu

di negeriku

orang yang ketahuan berbuat jahat

tidak selalu dihukum

namun orang baik bisa dipenjara



Pada ulangtahunku yang kedelapan

aku berdiri di sini dengan tujuh luka

sambil membayangkan Indonesia Raya

dan selokan besar itu



Tiba-tiba aku ingin menangis

(15 November 2003)





YANTO DAN MAZDA



Yanto dan Mazda, tidurlah

malam telah larut

Frodo dan Sam

sedang berjuang

memusnahkan Sauron



tidakkah sebaiknya kita

cium kening bunda

dan selekasnya masuk

lewat pintu-pintu mimpi

untuk membantu mereka ?

(Februari, 2003)



_____



SIAPA MAU JADI PRESIDEN ?



menjadi presiden itu

berarti melayani

dengan segenap hati

rakyat yang meminta suka

dan menyerahkan jutaan

keranjang dukanya

padamu

(November, 2003)



DARI SEORANG ANAK IRAK DALAM MIMPIKU, UNTUK BUSH



Mengapa kau biarkan anak-anak meneguk derita

peluru-peluru itu bicara pada tubuh kami

dengan bahasa yang paling perih



Irak, Afghanistan, Palestina

dan entah negeri mana lagi

meratap-ratap



Mengapa kau koyak tubuh kami ?

apa yang kau cari ?

apa salah kami ?

kami hanya bocah

yang selalu gemetar mendengar

keributan dan ledakan

mengapa kau perangi bapak ibu kami ?



Kini

kami tak pernah lagi melihat pelangi

hanya api di matamu

dan sejarah yang perih

tapi kami sudah tak bisa lagi menangis

Kami berdarah

Kami mati

(Oktober 2003)



PENULIS



Ayahku wartawan

bundaku sastrawan



dan akulah dia

yang susah payah

mengumpulkan semua cinta

semua duka

menjadikannya untaian kata

yang kualamatkan

pada dunia



mungkin menjadi kebaikan

yang bisa dibaca siapa saja

dan sedikit uang

untuk kusedekahkan

pada fakir miskin

(Agustus 2003)



MUHAMMAD RINDUKU



Kalau kau mencintai Muhammad

ikutilah dia

sepenuh hati



apa yang dikatakan

apa yang dilakukan

ikuti semua

jangan kau tawar lagi



sebab ialah lelaki utama itu



memang jalan yang ditempuhnya

sungguh susah

hingga dengannya terbelah bulan



tapi kalau kau mencintai Rasul

ikutilah dia

sepenuh rindumu



dan akan sampailah kau

padaNya

(April 2003)



KEPADA KORUPTOR



Gantilah makanan bapak

dengan nasi putih, sayur dan daging

jangan makan uang kami

lihatlah airmata para bocah

yang menderas di tiap lampu merah

jalan-jalan Jakarta

dengarlah jerit lapar mereka

di pengungsian

juga doa kanak-kanak

yang ingin sekali sekolah



Telah bapak saksikan

orang-orang miskin memenuhi

seluruh negeri

tidakkah menggetarkan bapak ?



Tolong, Pak

gantilah makanan bapak

seperti manusia

jangan makan uang kami

(Oktober 2003)



BUNDA KE AMERIKA



Sepucuk surat undangan sampai pagi ini

di rumah kami

untuk bundaku tercinta

dari universitas di Amerika



aku tahu bundaku pintar

juga amat berbudaya

tak heran bila ia diundang bicara

sampai ke negeri adidaya



ia adalah muslimah ramah

dengan jilbab tak pernah lepas dari kepala

sehari-hari berbicara benar

dan tak henti membela yang lemah



dari berita yang kubaca

Amerika penuh rekayasa

khawatir pun melanda

bila jilbab dijadikan masalah



Bagaimana bila bunda

tiba-tiba dianggap anggota alqaidah ?

bukankah Presiden Amerika

menuduh dengan mudah

siapa saja yang tak dia suka ?



Maka aku minta kepada Allah

agar bunda dilindungi senantiasa

bunda tersenyum dan memelukku

ia teguh pergi dengan jilbab di kepala

katanya: hanya Allah maha penjaga

(September 2003)

Abdurahman Faiz sang Penyair...

Aku tak begitu kenal dengan nama yang menjadi judul tulisanku kali ini. Mungkin aku lebih mengenal beberapa puisi yang kuanggap "sungguh luar biasa". Tak sengaja, sewaktu masih SMA aku membaca suratnya kepada Ibu Megawati. Kata-katanya yang begitu lugu dan sederhana membuatku penasaran untuk membaca karya-karya lainnya. Benar-benar tidak sia-sia aku membacanya. Kata-kata yang disampaika begitu tulus, khas anak kecil namun tetap "puitis".

Sempat beberapa kali bulu kuduk ku berdiri ketika menghayati puisi tersebut. Bahkan tetesan bening itu keluar dari mata ku. Benar-benar luar biasa. Aku tidak menyangka kalau puisi itu dibuat oleh anak kelas 2 SD. Salut deh.....

Kemaren, aku kembali membuka halaman yang pernah aku download beberapa tahun yang lalu. Ku baca lagi puisi-puisi itu. Tapi, perasaan yang muncul masih sama seperti saat itu. Benar-benar kata-kata lugu yang mengguncangkan ^_^

Akhirnya, iseng-iseng ngetik nama "Abdurahman Faiz" di google dan aku mendapatka beberapa informasi.

Diunduh dari :  sastra-radio


Abdurahman Faiz Menyebarkan Cinta

“Aku menulis karena empat hal. Pertama, untuk mengucapkan diriku. Kedua, untuk menyampaikan gagasan dan perasaanku. Ketiga: untuk menolong orang lain, dan keempat ---ini tetap harus kusebut—yaitu untuk menyebarkan cinta yang tak pernah selesai….” ujar Faiz ketika berusia 10 tahun.
Nama Faiz mulai terkenal sebagai penyair cilik ketika ia menjadi Juara I Lomba Menulis Surat untuk Presiden tingkat nasional yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta (2003) dengan juri: Seto Mulyadi, Ratna Sarumpaet, Agus R. Sarjono dan Tika Bisono. Surat yang ditujukan kepada Presiden ke 5 Republik Indonesia; Megawati Soekarnoputri tersebut kemudian beredar kemana-mana terutama melalui internet.  Banyak sekali tanggapan mengenai surat yang ditulisnya saat kelas II SD tersebut. Faiz pun diserbu wartawan media cetak dan elektronik. Ya, meski terkesan polos tetapi surat itu menunjukkan bahwa penulisnya sangat peka akan situasi sosial politik di Indonesia. Kepekaan yang menyentil para elit politik dan para pejabat, karena lahir dari anak yang belum berusia 8 tahun!




SIAPA MAU JADI PRESIDEN? 
Menjadi presiden itu berarti
melayani dengan segenap hati
rakyat yang meminta suka
dan menyerahkan jutaan
keranjang dukanya
padamu


(Abdurahman Faiz, 2003)




Faiz lahir di Jakarta, 15 November 1995 anak pertama dari pasangan  Tomi Satryatomo (jurnalis televisi) dan Helvy Tiana Rosa (cerpenis). Ia telah “mengucapkan” puisi-puisinya sejak usia 3 tahun dan menuliskannya di komputer sejak umur 5 tahun. Pertama kali Faiz tampil membacakan puisi-puisinya yang pada waktu itu belum dibukukan, adalah atas undangan Nurcholish Majid pada acara peluncuran buku beliau: “Indonesia Kita” yang mengundang ribuan tokoh nasional. Faiz yang masih kelas II SD khusus tampil membacakan beberapa puisi tentang Indonesia, termasuk menyentil kelakuan para koruptor dan elit politik  negeri ini.


Tak lama kemudian, Faiz diundang pula untuk membacakan karyanya dalam acara deklarasi Anti Politikus Busuk di Jakarta (2004) bersama mantan Presiden: Abdurahman Wahid, Faisal Basri, dan sejumlah tokoh nasional lainnya.


Selanjutnya Faiz kian sering diundang membacakan dan membicarakan karya-karyanya dalam berbagai forum, termasuk di hadapan Presiden RI ke 5: Megawati Soekarno Putri, Presiden SBY, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua MPR Hidayat Nurwahid, sejumlah menteri dan tokoh-tokoh nasional lainnya.


Megawati mengungkapkan kekagumannya pada kecerdasan Faiz lewat surat balasannya pada Faiz (2003). Faiz juga diundang dalam pencanangan gerakan anti narkoba di Stadion Gelora Bung Karno bersama Presiden Megawati dan membacakan puisinya. Dalam Debat Capres di sebuah stasiun televisi swasta tahun 2004, di mana Faiz diundang sebagai salah satu panelisnya, Amien Rais berkomentar, “Luar biasa. Mas Faiz ini masih sangat muda, tetapi pemikirannya sangat dalam.” Sementara saat bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara dalam pencanangan gerakan berkirim surat nasional untuk anak Aceh dan Nias (2005), Presiden berkata, “Selamat, Faiz. Tulisanmu sangat menyentuh pikiran dan hati.”


Pada tahun yang sama, puisi Faiz “Sahabatku Buku” menjadi juara Lomba Cipta Puisi Tingkat SD seluruh Indonesia yang diadakan Pusat Bahasa Depdiknas.  Ia juga terpilih sebagai Anak Berbakat Indonesia versi Nutrilon yang ditayangkan di Metro TV (2004).


Buku kumpulan puisi pertama Faiz Untuk Bunda Dan Dunia (DAR! Mizan, Januari 2004) sebenarnya adalah puisi-puisi yang ia tulis saat berusia 5-7 tahun dan terbit saat ia berusia 8 tahun. Buku yang diberi pengantar oleh Taufiq Ismail tersebut meraih Anugerah Pena 2005 serta Buku Terpuji Adikarya IKAPI 2005. “Sebuah buku yang sangat indah sekaligus sarat makna dan sangat menyentuh,” ujar Nina Armando dari Ilmu Komunikasi UI, salah satu juri.
Untuk Bunda dan Dunia juga merupakan buku pertama yang diterbitkan dalam serial KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya) divisi DAR! Mizan (bersama sebuah buku karya Izzati), yang kemudian menginspirasi dan memicu lahirnya para penulis cilik lainnya di negeri ini. Seri buku KKPK rupanya sangat booming, terjual jutaan kopi dan mendorong anak Indonesia lainnya untuk membaca juga menulis. Pada tahun 2008, para penulis cilik KKPK dimotori Faiz dan Izzati menyelenggarakan Konferensi Penulis Cilik Indonesia I (Pencil) dan merekomendasikan beberapa kebijakan dalam hal perbukuan di Indonesia.


Buku kedua Faiz: Guru Matahari (DAR! Mizan 2004), terbit saat ia masih berusia 8 tahun pula, diberi pengantar Agus R. Sarjono mendapat nominasi Khatulistiwa Literary Award 2005. Masuknya Faiz dalam nominasi penghargaan nasional yang didominasi oleh para sastrawan terkemuka di negeri ini mendapat berbagai tanggapan dari dunia sastra Indonesia. Seorang penyair yang belum pernah membaca puisi Faiz dengan sinis berkata, : “Masak puisi anak SD disejajarkan dengan para sastrawan senior?” Namun banyak pula kalangan menyatakan bahwa karya-karya Faiz layak sekali masuk dalam nominasi penghargaan tersebut. “Puisi Faiz tidak seperti puisi anak-anak pada umumnya. Faiz itu penyair. Ini tak dapat dibantah!” kata Agus R. Sarjono. “Sejujurnya, membaca sajak-sajak Faiz saya sungguh-sungguh tercengang. Ia dikaruniai bakat kepengarangan yang luar biasa,” komentar Ahmadun Y. Herfanda, Penyair dan Redaktur Sastra dan Budaya Republika.


“Saya membaca buku Faiz dan mendengar wawancaranya di Radio BBC. Suaranya memang anak kecil, tetapi pemikirannya sangat tak disangka. Saya terkejut mendengarnya,” papar Prof. Dr. Budi Darma, sastrawan dan kritikus terkemuka Indonesia. Sedangkan Taufiq Ismail berkata,“Saya tersentak membaca puisi Faiz. Puisi-puisi Faiz sangat menggugah nurani siapapun yang membacanya. Selain itu kemampuan Faiz menulis dalam perkiraan saya sepuluh tahun melampaui umurnya.”


Buku ketiga Faiz: Aku Ini Puisi Cinta (DAR! Mizan 2005) membawanya meraih penghargaan Penulis Cilik Berprestasi dari Yayasan Taman Bacaan Indonesia (2005). Buku keempatnya sebuah kumpulan esai berjudul: Permen-Permen Cinta Untukmu (DAR! Mizan 2005). Dalam kumpulan esai yang ditulisnya pada rentang tahun 2003-2005 tersebut Faiz banyak mengungkapkan gagasan dan perasaan yang dijalinnya dengan sangat menyentuh.
Sebelumnya tulisan-tulisan Faiz pernah dimuat Kompas, Koran Tempo, dan Republika. Bersama beberapa penulis cilik lainnya, Faiz menggagas dan menerbitkan kumpulan cerpen Tangan-Tangan Mungil Melukis Langit (LPPH 2006), untuk membantu biaya sekolah bagi teman-teman kecil mereka yang tinggal di kolong jembatan tol. Karyanya juga terdapat dalam antologi bersama: Matahari Tak Pernah Sendiri (1 dan 2), Jendela Cinta (GIP 2005), Antologi Puisi Empati untuk Yogyakarta (2006) dan Magic Cristal (Mizan, 2008).


Sejumlah perusahaan negeri dan swasta kemudian menjadikan beberapa karya Faiz, juga profilnya sebagai bahan iklan layanan masyarakat mereka, antara lain Garuda Food (2005), BNI (2006) dan Telkom (2007).


Tahun 2006 Faiz dinobatkan sebagai Anak Kreatif Indonesia versi Yayasan Cerdas Kreatif Indonesia yang dipimpin Kak Seto. Faiz juga mendapat PKS Award Kategori Anak Indonesia Berprestasi bidang Seni Budaya (2007). Bukunya yang terbit kemudian Nadya; Kisah dari Negeri yang Menggigil (2007) diberi pengantar oleh Sapardi Djoko Damono. Dalam pengantar tersebut Sapardi menulis, “Faiz sadar bahwa menulis puisi bukanlah sekedar permainan lagi. Berpuisi, baginya, adalah semacam tugas yang telah diberikan oleh orang di sekitarnya.”
Faiz diganjar beberapa penghargaan di antaranya Anugerah Kebudayaan dari Departemen Pariwisata dan Budaya (2009). Kini selain aktif sebagai penulis, Faiz adalah penggiat Forum Lingkar Pena dan Rumah Cahaya (baCA dan HAsilkan karYA) yang bergerak di bidang sosial budaya untuk pemasyarakatan baca tulis bagi masyarakat, khususnya kalangan dhuafa.