Lipatan karpet itu tidak fenomenal, tapi menjadi fenomenal bagi ku. Karpet yang terlipat itu tepat di depan pintu masuk mesjid. Tak ada satu orang pun yang perhatian dengan lipatan karpet itu. Tidak juga dengan aku sebenarnya. Tapi mungkin karena posisi duduk ku yang persis di samping pintu masuk mesjid, memaksaku untuk “ngeh”.
Setiap orang masuk, aku tersadar. Kenapa? Karena lipatan kecil pada karpet itu selalu “mengait” setiap kaki yang masuk. Satu orang, dua orang, tiga orang, sampai….. entah…. Sekarang entah sudah berapa orang, aku pun tidak menghitungnya atau tepatnya sulit untuk menghitungnya. Karena, hampir 99,99% yang masuk mesjid, kakinya akan terkait dengan lipatan karpet itu. Tapi tak ada satu orang pun yang “ngeh”. Tidak juga aku sebenarnya.
Satu orang lagi masuk, ujung jari kakinya menyentuh lipatan itu lagi, aku melirik lagi ke lipatan itu. Ketika satu orang masuk lagi, lipatan itu “mengait” kakinya lagi. Sampai-sampai dia tergamang dan hilang keseimbangan, beruntung kalau dia saat itu tidak terjatuh.
Ya, begitulah. Kita selalu menyepelekan hal-hal kecil. Masalah-masalah kecil. Padahal mungkin saja hal itu yang kan membuat kita terjatuh. Ya, mungkin kita baru SADAR atau “baru akan SADAR” saat kita TERJATUH, saat darah telah mengucur pada salah satu anggota tubuh kita. Nauzubillah. Akankah kita korbankan sesuatu yang tak sepatutnya berkorban? Sebenarnya pribahasa klasik ini masih berlaku, maka lakukanlah “MENCEGAH ITU LEBIH BAIK DARI MENGOBATI”.
Lipatan karpet yang diabaikan ini, mungkin bisa kita analogikan dengan kehidupan sehari-hari kita. Lipatan itu bak masalah kita. Atau seperti kesalahan-kesalahan kecil kita yang selalu kita abaikan. Lama-lama kesalahan itu menggunung dan menghimpit kita. Maka SADAR lah sebelum kita TERPAKSA HARUS SADAR.
Sampai saat ini, tak ada satu pun yang “ngeh” dengan lipatan karpet itu. Tidak juga aku sebenarnya….
(Mesjid Dawa’ul Ilmi – Bada’ Tasqif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar