Tak terasa, sudah hampir 4 tahun aku di sini. Masih lekat diingatanku, saat-saat waktu ini akan datang menyapa. Coba kita lihat kembali perjalananku, hingga aku bisa duduk di Fakultas ini.
Dimulai dengan surat undangan penerimaan mahasiswa UI yang sudah sampai di sekolahku. Dengan antusias, jelas ku masukan dokumen permohonanku kepada wakil kepala sekolah. UI adalah salah satu universitas impianku saat itu. Dengan mantap ku pilih akuntansi sebagai fakultas yang ku minati. Alasannya cukup logis. Pertama, aku suka pelajaran matematika, komputer dan bahasa inggris. Pokoknya pelajaran yang nggak pake hafalan, tapi cukup dengan logika dan analisa. Kedua, saat itu jurusan akuntansi UI termasuk jurusan yang memiliki passing grade yang tinggi. Dan yang ketiga, jurusan akuntansi memiliki lowongan kerja yang banyak. Oke, dengan 3 alasan itulah aku memilih akuntansi sebagai pilihan jurusanku di UI. Walaupun sebenarnya, alasan no.1 lah yang mendominasi.
Saat itu, mama ku setuju-setuju aja. Papaku juga kelihatannya setuju-setuju aja. Tapi, ada 1 syarat dari orang tua ku, yaitu kalau nanti undangan penerimaan Unand sampai di sekolah ku, aku harus ambil kedokteran unand. Begitu kata orang tuaku. (Oh ya, disekolah ku itu kita boleh ambil 2 PMDK, satu Universitas di Sumbar dan satu lagi universitas di luar sumbar / luar sumatera). Aku langsung mengiyakan dengan 1 syarat juga. Ha…ha… kami main “syarat-syaratan” jadinya. Ini syaratku, mungkin lebih tepatnya permohonanku: kalau seandainya aku lulus PMDK akuntansi UI, maka aku akan langsung ambil akuntansi UI. Tapi kalau aku lulus di FK Unand, maka aku mau coba tes STAND. Kalau aku lulus STAND, aku ambil STAND. Tapi kalau nggak, aku masuk FK. Itupun kalau aku lulus PMDK FK, he….he…. udah kePDan aja nih…. ^^
Bukanya aku nggak mau “saat itu” masuk fakultas kedokteran, tapi aku memiliki pemikiran yang sedikit “sekuler” saat itu. Yang pertama, aku jelas tidak suka biologi, tidak suka menghafal dan membaca buku-buku tebal yang sudah pasti makanan sehari-harinya anak FK. Jurusan ini ku rekomendasikan pada teman-temanku seperti: dhia ulhaq atau khairur rahmi. Beliau berdua adalah pakar biologi di kelasku. Waduh, ampe nama-nama latin tanaman yang bejibun itu aja mereka hafal. Apalagi uul, master of biology di sekolahku. Pokoknya mereka berdua, kalau udah diskusi tentang biologi, bisa heboh. Saling bantah membantah. Saling memberikan argumen. Ha…ha… kebayang lagi gimana ami dan uul berdiskusi.
Nah aku sendiri…. Oke, mungkin aku bisa dibilang “nggak bodoh” dalam biologi. Tapi masalahnya, K-E-M-I-N-A-T-A-N. so, that’s the problem. Aku nggak minat biologi. Dan saat itu, kedokteran ku identikan dengan biologi (ha…ha…. Sekarang aku baru tau bahwa kedokteran itu bukan biologi)
Oke lanjut. Saat Undangan Unand datang ke sekolahku. Aku mengisi pendidikan dokter dan matemetika di kolom jurusan. Melihat hal itu, papaku sedikit lega.
Setelah beberapa minggu terlewati. Tiba-tiba aku dapat kabar kalau pengumuman PMDK UI sudah keluar. Aku segera ke sekolah dan melihat surat pengumuman itu. Alhamdulillah ada 1 orang yang diterima dari sekolah ku. Dan alhamdulillah itu aku.
Entahlah, entah bagaimana aku mengekspresikan rasa syukur dan bahagiaku waktu itu. Akhirnya impianku sebentar lagi akan terwujud. Aku benar-benar senang waktu itu. Ya, BENAR-BENAR SENANG. Aku langsung menelpon orang tua ku. Namun, dari suara papaku tampaknya tak ada gurat kebahagiaan di sana. Hanya respon datar yang kurasa tak sebanding dengan berita gembira ini. Tapi mamaku cukup memberikan respon yang kuharapkan.
Setelah itu, aku langsung hunting tiket pesawat. Ku telpon sanak family yang ada di jawa. Kebetulan abangku ada yang tinggal di Depok dan tidak begitu jauh dari kampus UI. Beberapa hari kemudian, aku sudah mendapatkan e-tiket pesawat. Alhamdulillah, sekarang hanya menunggu tanggal keberangkatan. I’m coming UI.
Lebih kurang 2 bulan aku harus menunggu sampai saat itu tiba. Saat aku menjejakkan kaki ku di kampus UI. Namun sepanjang itu pulalah papaku bertanya tentan PMDK FK Unand.
“Gimana PMDK unand? Udah keluar atau belum?”
“Belum pa”.
Memang PMDK Unand agak lama keluarnya. Papa selalu bilang, “tunggu dulu PMDK Unand mana tau lulus di FK”. Sepertinya papa sangat mengharapkan aku masuk FK Unand. Dengan alasan: lebih dekat dengan orang tua dan ia memiliki cita-cita sejak aku kecil, supaya aku menjadi dokter. Padahal sudah jelas sekali, berdasarkan persyaratan yang sudah disetujui sebelumnya, kalau aku lulus UI, maka aku akan masuk UI. Namun, sepertinya papa masih sangat berharap aku bisa kuliah di FK Unand. Meski aku sebenarnya tidak mengharapkannya. Sekarang dipikiranku hanya akuntansi-akuntansi-akuntansi. Tak terbanyak nanti oleh ku, seandainya aku menjadi mahasiswa kedokteran. Satu lagi, aku bermohon agar aku tidak lulus PMDK FK Unand.
Tiba-tiba ada musibah yang menimpaku. Aku harus menjalani operasi beberapa minggu sebelum keberangkatanku ke Jakarta. Aku di bius total. Inilah pengalaman medisku pertama kali yang membutuhkan keberanianku (mental). Beberapa jam setelah operasi, aku mendapatkan telpon dari guruku bahwa aku lulus PMDK Kedokteran Unand. Huft….. aku tak tau harus berekspresi apa. Padahal aku sudah bermohon, agar aku tidak lulus PMDK kedokteran Unand. Sekarang, aku akan dapat masalah baru dan beban baru. Itulah manusia, mereka diujia saat mereka senang dan saat mereka susah.
Rencana keberangkatanku ke Jakarta sudah bulat. Semua sudah diurus. Ya, hanya menunggu hari “H” saja. Namun, tampak jelas dari seluruh gerak-gerik, ucapan dan ekspresi papaku kalau beliau berusaha untuk mengarahkanku ke FK Unand. Pertama alasan kesehatan, karena aku baru selesai operasi. Kedua alasan gender dan pekerjaan. Akuntan tidak cocok bagi aku yang merupakan seorang perempuan berjilbab (tapi menurutku itu bisa-bisa saja). Dan ketiga masalah jarak. Bagaimana kalau aku sakit disana? Bagaimana kalau papa nggak punya uang untuk kesana? Bagaimana?
Setiap pulang dari pasar (papa ku seorang Pedagang), papa selalu menyampaikan alasan-alasan kenapa aku harus memilih kedokteran. Begitupun setiap bertemu orang, dia selalu bertanya kepada orang tersebut, lebih baik mana “akuntansi UI” atau “kedokteran Unand”. Ya, kebanyakkan orang lebih memilih kedokteran unand. Dimata beliau, dokter adalah pekerjaan mulia dan agung, in other word paling bergengsi. Namun, tak urung juga yang membela pendapatku untuk kuliah di akuntansi UI.
Hari-haripun berlalu. Hari keberangkatan itu semakin dekat. Aku benar-benar binggung dalam sebuah nikmat. Nikmat yang….. subhanallah sangat indah sebenarnya. Namun akhirnya, keputusan itu keluar juga dari mulut ku. Ini bukan karena siapa-siapa, bukan oleh apa-apa dan bukan karena dorongan siapapun. Aku kembali menelisik ke sudut hatiku. Kesegumpal daging di dalam dadaku. Berkompromi dengan kalbu ku dan bermohon pada penciptaku, Allah SWT.
Tepat pada tanggal yang tertulis di tiket pesawatku, subuh harinya kami sekeluarga sudah melunncur ke kota Padang. Namun tujuanku bukan ke BIM (Bandara International Minangkabau), tapi adalah ke Universitas Andalas Limau Manis. Aku telah memantapkan hati untuk memilih dokter sebagai tujuanku. Banyak sekali pertimbangan disini. Dan pengambilan keputusan ini, jelas bukan suatu pekerjaan yang ringan. Dan sekarang, aku bersyukur sekali, aku bisa berkuliah di FK Unand. I love FK Unand….
Mengertilah, disetiap tujuan pasti ada akhir. Disetiap persimpangan, pasti ada pilihan. Dan di setiap pilihan, pasti ada konsekuensi. Semua yang hidup pasti akan mati dan setiap yang bertindak pasti ada salah. Luruskanlah niat kembali. Saat kita sudah menghabiskan hampir 4 tahun usia kita di sini. Akan kah kita habiskan hanya dengan kesia-siaan? Buatlah impian yang besar dalam hidup kita. Buktikan bahwa beberapa tahun lagi, impian itu akan jadi suatu kenyataan. Segala sesuatu mungkin terjadi. Maka, apa yang kita cemaskan? Tenanglah, karena masih ada kemungkinan-kemunginan baik yang akan menanti.
Di sini, aku berdiri. Di hampir 4 tahun ku di FK ini. Banyak hal yang dapat ku petik. Alhamdulillah, aku pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Kalau aku menyia-nyiakan kesempatan ini. Itu hanya akan merugikan diriku sendiri. Maka, kenapa aku harus berbuat seperti itu?
Tepat pada tahun 2007, itulah kali pertama aku berstatus mahasiswa. Dan alhamdulillah, pada tahun pertamaku di FK aku mendapatkan gelar runner up “Best Medical Student Awards”. Aku ingin sekali mengisi hari-hari ku dengan prestasi yang memotivasi dan alhamdulillah itu pun terjadi. Tahun 2008 aku menjuarai MTQ bidang syarhil quran di univeristasku. Tahun 2009 aku bergelar runner up Unand Award dan terakhir tahun 2010 aku menjadi “Mahasiswa Berprestasi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas”. Perjalanan ku belum selesai. Ini baru awal. Sebentar lagi aku akan memasuki kehidupan baru. Kehidupan yang berbeda dengan kehidupan kampusku sekarang. Mudah-mudahan Allah memudahkanku dan menyampaikanku pada impian-impianku yang insyallah akan menjadi kenyataan beberapa tahun lagi, amien….
Ingatlah! Orang tua kita pasti mengharapkan yang terbaik untuk kita. Maka bahagiakanlah mereka insyallah kita pun akan bahagia. Bayangkanlah kembali, bagaimana orangtua kita membesarkan kita. Jatuh bangun mencari uang untuk menyekolahkan kita. Sampai-sampai mereka berkata “Nak, yang penting kamu sekolah aja betul-betul. Kalau soal uang jangan kamu pikirkan. Itu urusan papa dan mama”. Entah bagaimana cara mereka mendapatkan uang demi kebahagiaan anak-anaknya. Kerja dari pagi hingga malam. Hutang sana-sini. Masih adakah niat kita untuk mengecewakan dan menyakiti orang tua kita? Durhaka sekali kita, jika disaat-saat hari tuanya, kita masih membebani pikirannya. Selain uang yang harus dikirimkannya setiap bulan, tegakah kita masih menyita pikirannya? Seharusnya, mereka bahagia pada hari tuanya. Itulah impian mereka. Dan buatlah impian itu menjadi KENYATAAN. Buatlah jadi kenyataan kawan. Sebelum waktumu habis, bahagiakanlah mereka. Doakanlah mereka.
Oke, masih ada 1 impian ku lagi yang sampai sekarang belum kesampaian. Ini adalah impian ku sejak aku SMA. Dan aku memasukkan impian ku ini sebagai TARGET ku TAHUN INI. Aku ingin sekali keluar negeri. Menimba ilmu dari belahan lain dari bumi Allah. Mudah-mudahan tahun ini, impian ku ini bisa jadi kenyataan, amien…. Sebelum aku menjadi dokter, aku harus ke luar negeri. Itu HARUS…. (he…he… hanya untuk menyemangati dan memotivasi diri)
Inilah sedikit napak tilas ku, 4 tahun belakangan ini. Tulisan ini tidak bermaksud apa-apa, kecuali hanya untuk memotivasi diriku sendiri dan mudah-mudahan memotivasi banyak orang juga. Sekali lagi, disetiap persimpangan pasti ada pilihan. Dan disetiap pilihan pasti ada konsekuensi. Berani lah bermimpi besar, karena mimpi adalah kenyataan untuk esok hari.
Terima kasih banyak. Semua kesalahan datang nya dari saya pribadi dan semua kebenaran yang saya paparkan datangnya dari ALLAH SWT. Mudah-mudahan bermanfaat.
Bagi yang ingin berbagi info, saling memotivasi dan sharing, silakan komen ya….
Oh ya, satu lagi. Bagi yang tau info tentang medical scholarship/medical summerschool mohon infonya ya….
Terima kasih banyak.
priska,,ka bnar2 trkejut baca tulisan ika ini... ka pun mnulis ini dalam versi singkat bberapa saat sbelum eka blogwalking dan membaca tulisan priska ini...
BalasHapusSeperti yang diharapkan dari ika yang hebat... ^^
BalasHapusKalau ika g pilih fk unand g ketemu dong sama fifah, n g sama" berjuang di fski...
subhanallah kakak.. subhanallah subhanallah subhanallah...!
BalasHapuswhat a great inspiration. this is inspiring me so much! Bagi2lah ilmu sm adiak akak yg skampuang ko kakak..hiks. it's really touchable kak.
smg suatu saat an jg bisa spt kk wlw dg kterbatasan an. Tp insya Allah, keterbatasan itu bkan mnjadi penghalang.
Sukses slalu kk. Smg semua impian kk tercapai dg segala cara apapun yg dikehendaki-Nya.. amin. ^^
Kak, sekarang aku sdg berada sperti di posisi kakak. Aku lulus di salah satu fk swasta dan di akuntansi negeri di kotaku. Sejak awal aku ingin sekali jadi dokter. Tapi ayahku blg lebih baik ambil akuntansi krn peluang kerja yg lebih luas. Aku suka matematika, tapi aku lambat dlm menghitung. Aku sgt suka pelajaran biologi. Menurut kakak aku harus bagaimana? Padahal aku sama sekali tdk minat masuk akuntansi krn dulu aku ipa :(
BalasHapus