Senin, 22 Maret 2010

DEADLINE, 24 JAM


Tulilit…tulilit…

Tulilit…tulilit…

Hp yang tergeletak di atas meja belajarku berbunyi. Ya, itu tandanya sebuah sms telah mendarat di Hp ku. Dengan malas-malasan ku raih Hp tersebut dan hanya dalam hitungan detik Hp sudah berpindah ke dalam gengamanku.

Assalamu’alaikum. Iz, km lg sbuk g? Tlg buatin crpn utk Asy Syifaa edisi t’akhr dong…

Dengan semangat, aku balas sms dari Yuda tersebut. Yuda adalah pimred alias Pimpinan Redaksi Asy Syifaa yang merupakan media dakwah kampus dalam bentuk jurnalistik. Sedangkan aku alhamdulillah adalah anggotanya, yup… tepatnya bawahan Yuda ^_-. Menulis cerpen adalah hobiku, menulis puisi apalagi. Karena itu, tawaran dari Yuda langsung kusambut dengan riang gembira, he…he… ^_^.

Waalaikmslm. Iya, insyallah aku ngk sibuk. Untuk kapan Yud? Tema nya ttg apa?

Langsung kutekan tombol send, dan tak beberapa lama tulisan di Hp ku sudah berpindah ke Hp Yuda, tepat saat Hp di gengamanku berbunyi lagi.

Tulilit….tulilit…

Tulilit…tulilit…

Delivered to Yuda

Sambil membetulkan posisi dudukku, aku nggak sabar lagi menunggu balasan sms dari Yuda. Sebenarnya sih aku lagi nggak ada ide untuk buat cerpen tentang apa. Tapi mumpung lagi libur, apa salahnya kan ??? Nggak nyampe 1 menit, Hp ku berbunyi lagi.

Deadlinenya hr pertama kita kul Iz. Temanya terserah kamu aja. Bisakan?

Berarti itu masih 2 minggu lagi. Masih lama, batinku. Untuk menutup percakapan tertulis di Hp ini, kubalas sms Yuda dengan satu kata yang kurasa adalah kata yang diharapkan oleh Yuda.

Insyallah

Dan pesan pun terkirim tanpa ada balasan lagi dari Yuda. Tapi tunggu, beberapa menit kemudian Hp ku berbunyi lagi.

Syukron Akh….

Untuk beberapa jam, sms dari Yuda tersebut bisa menyedot semua pikiranku. Aku berusaha mencari bahan-bahan atau tema-tema yang asyik untuk ku jadikan cerpen penutup kepengurusan kami di Asy Syifaa. Mulai dari persoalan sehari-hari ampe masalah politik. Mulai dari hal-hal sepele ampe hal-hal yang berat. Namun sayang nggak ada satupun yang bisa membangkitkan ide-ide kreatif ku yang sedang tertidur lelap dalam tidurnya yang panjang. Sadar akan kebuntuan itu, aku mulai beranjak untuk mencari kegiatan lain. Tanpa dikomando aku berjalan menuju ruang keluarga. Tangan kanan ku meraba-raba kabel yang tersusun tak beraturan di sebelah TV 21 inci ku. Perlahan 2 buah kabel tersebut ku sambungkan ke listrik. TV nyala. Aku pun asyik mencari program yang mungkin bisa membuka imajinasiku.

Chanel 1… Gosip…

Chanel 2… Masih gosip…

Chanel 3… Waduh, gosip lagi…

Chanel 4… Untung nggak gosip, tapi sinetron ngawur…

Chanel 5… Lumayan… Nggak, maksud ku ini program yang lagi aku cari, yaitu BERITA alias NEWS.

Berita pertama, tentang anak kecil. Aku cukup tertarik. Nama yang sering di sebut sih Ponari. Waduh, ini kan si dukun cilik yang bisa nyembuhin orang dengan batu ajaibnya. Kalau aja berita ada TOP 10 nya, pasti nih berita masuk 5 besar deh. Soalnya semua program berita diramaikan dan dibombardir oleh si dukun cilik ini. Mulai dari soal batu yang disambar petir sampai masalah pendidikan dan keluarga si dukun cilik. Kayaknya jadi seleb nih Ponari, he…he… Sepertinya berita tentang Ponari ini nggak bosan-bosan untuk dibahas, sayangnya si dukun cilik nggak ngasih sedikitpun inspirasi kepada Faiz, seorang mahasiswa yang lagi cari inspirasi untuk bikin cerpennya. Dan itu adalah aku. Apa Ponari udah kehilangan kekuatannya ya??? Waduh maaf, sedikit ngelantur.

Setelah Ponari dengan batu ajaibnya, berita tentang pemilu 2009 berada di peringkat kedua. Trus menyusul berita-berita korupsi yang kian lama kian marak dan bersemi.
Bosan dengan berita yang itu-itu aja, aku kembali menukar chanel TV.

Chanel 6… Gosip, tapi tunggu dulu, bukan gosip tapi Talk Show.

Ku biarkan program ini untuk dapat ku nikmati beberapa saat. Namun sayang, aku belum bisa menangkap apa yang sedang dibicarakan. Ada satu kata yang membuatku penasaran dan mulai untuk mempertimbangkan acara tersebut. Ya, sepertinya mereka sedang membicarakan tentang INDIGO. Jujur, ini adalah pertama kalinya aku mendengar kata tersebut. Jiwa penasaran ku tergelitik. Aku penasaran. Mungkin di luar sana orang sudah heboh membicarakan tentang anak-anak indigo, tapi sekali lagi aku katakan, aku tidak tau tentang indigo.

Satu sesi talk show tersebut sudah ku lewati. Sesi selanjutnya di batasi dengan break iklan yang panjaaaaang banget. Dari satu sesi tersebut, aku dapat menangkap bahwa anak-anak indigo adalah anak-anak yang hebat. Itu juga kalau nggak salah tangkap, he….he… Contohnya aja Anisa. Bocah berusia 9 tahun ini memiliki pemikiran yang jauh lebih dewasa dari pada umurnya. Pola pikir Anisa tidak sama dengan pola pikir anak-anak yang lain, bahkan Anisa mengaku dia tidak nyambung bicara dengan anak-anak sebayanya. Bukan hanya itu saja, menurut info yang ku dengar Anisa pernah menganggap kedua orang tuanya bodoh karena tidak mengerti apa yang sedang ia bicarakan. Ya, itulah Anisa si anak indigo namun sayang Anisa pun belum cukup tangguh untuk melumpuhkan kebuntuanku dan berkomunikasi dengan alam kreatifku.

Tanpa sadar sudah 2 jam lebih aku duduk didepan benda berbentuk kubus itu, namun tak memberikan hasil apa-apa. Nihil. Ku baca kembali sms dari Yuda.

Deadlinenya hr pertama kita kul Iz. Temanya terserah kamu aja. Bisakan?
“Kan deadlinenya hari pertama kuliah, masih lama” batinku.
Akhirnya aku pun beralih untuk melakukan kegiatan lain.
***

Azan subuh berkumandang. Aku yang masing terbaring dibalut benda hangat yang nyaman, buru-buru bangun agar nggak terus larut dalam alam mimpiku. Aku menuju kamar mandi, berwudu’ dan langsung sholat berjemaah di mesjid yang tak jauh dari rumahku. Setelah itu aku membaca beberapa lembar al-quran dan dilanjutkan dengan membaca  al ma’tsurat. Jadwal setelah ini sudah jelas, yaitu memulai membuat cerpen untuk Asy Syifaa edisi terakhir walaupun aku belum menemukan ide cerita yang akan ditulis.

Aku sudah duduk manis di depan laptopku. Lembar microsoft word kosong pun sudah terbuka. Untuk beberapa menit aku belum menulis apapun juga. Aku buntu. Belum punya ide. Ku otak-atik file-file hasil download yang ku simpan disalah satu folder di laptopku, mana tahu salah satu tulisan di sana memberiku inspirasi. Namun tak berhasil. Keadaan masih sama dengan yang tadi. Lembar kosong itu tetap kosong.

Dari ruang nonton ku dengar suatu berita yang cukup menarik, tentang seorang anak cerdas pemenang olimpiade, mati bunuh diri. Tiba-tiba saja aku sudah berpindah posisi duduk di depan TV. Laptop dengan lembar kerja microsoft word yang masih kosong tadi, ku tinggalkan begitu saja. Berita tentang si anak cerdas itu pun sudah selesai, aku berencana untuk kembali ke kamar melanjutkan cerpenku yang belum selesai, ups…salah, maksudnya menulis cerpenku yang belum dibuat sama sekali. Namun, rencana tinggal rencana. Nyatanya aku masih duduk manis di depan TV untuk mendengarkan berita selanjutnya dan selanjutnya. “Ya,kan deadlinenya masih lama”, batinku. Dan selalu saja seperti itu, deadline yang masih lama, aku jadikan kambing hitamnya.
***

Sudah satu minggu liburan ini aku lalui. Namanya liburan, tentu nggak ada tugas. Tapi tunggu dulu, aduh…aku lupa kalau aku ternyata ada 1 tugas yang sebenarnya nggak berat sih, tapi aku bikin berat sendiri. Cerpen, nulis cerpen. Ku hidupkan laptop, ku buka file dengan nama “cerpen asy syifaa”, dan masih kosong. Beberapa saat aku terdiam. Berpikir. Dan tiba-tiba aku mendapat ide, entah dari mana. Saat aku akan mulai mencurahkan ide-ide ku tersebut kedalam bentuk tulisan, tiba-tiba…

Tulilit…tulilit…

Tulilit…tulilit…

Sebuah sms masuk. Ternyata dari Randi teman SMA ku.

“Assalamu’alaikum. Iz, lg lburan kn? Ke skul yuk? Kami udh ngmpl d tmpt biasa. Kamu k sn y. sgr. Gpl.”

“Waduh, betul juga tuh. Aku kan udah lama nggak ke sekolah”, kataku pada diriku sendiri. Buru-buru ku tutup laptopku. Ya, alasan yang kemarin masih bertahan di pikiranku yang membuatku semakin yakin untuk memacu motorku ke tampat biasa ngumpul dan sama-sama ke sekolah.

“Tenang Iz, deadlinenya masih lama” batinku selalu berkata seperti itu. “Kan idenya udah dapat, jadi nggak usah khawatir lagi, satu hari sebelum kuliah pun juga bisa nyelesaikan cerpennya” batinku beralasan lagi.

Ba’da ashar aku baru nyampe di rumah. Selain ke sekolah, aku juga silaturahim ke rumah teman-teman yang lain, jadilah akhirnya aku pulang sore dengan membawa rasa capek di badan.
***

Liburan sudah hampir selesai. Waktu begitu cepat berlalu. Liburan yang 2 minggu nggak kerasa lama lagi, karena 3 hari lagi aku kuliah. Masalah cerpen sudah terlupakan. Aku benar-benar tidak ingat. Tiba-tiba Hp ku berbunyi.

Tulilit…tulilit…

Tulilit…tulilit…

Sms dari Yuda.

“Assalaku’alaikum. Iz, gmn crpnya? Udh slesai? Jgn lupa y, hri prtma kliah softcopy crpnya di bawa. Aku tau klu km itu orgny plupa, he…he… makasih akh….”

Aku tersentak. Karena aku lupa akan hal itu. Aku juga lupa apakah cerpen itu sudah mulai ku buat atau belum. Ide yang kemarin sempat muncul pun, sekarang aku udah lupa. Tanganku sudah bergegas untuk menghidupkan laptop. Tanpa di komando, tanganku sudah mengarahkan cursor ke folder tempat penyimpanan cerpen tersebut. Dan apa yang kulihat…., masih lembaran kosong. Aku terperanjat. Untuk 2 hari kedepan aku sudah memiliki rencana syar’i yang nggak mungkin untuk di tinggalkan. Maka satu-satunya hari untuk menyelesaikan cerpen tersebut adalah hari ini dan 1 hari sebelum kuliah. Tapi, hari ini pun aku sudah ada agenda syar’i. Ya Allah, apakah aku sudah lalai selama ini… Tiba-tiba muncul rasa penyesalan pada diriku. Ya, penyesalan selalu saja hadir belakangan. Sekarang nasi udah menjadi bubur. Waduh, kok melankolis gini jadinya ya? Yang penting masih ada waktu 1 hari untuk menyelesaikan cerpen tersebut. Dan tidak ada lagi kata TUNDA.
***

Ini adalah hari terakhir ku liburan. Ku hempaskan tubuhku ke kasurku. Aku capek sekali. Ngantuk. Aku baru pulang dari kampung. Tadi pagi kami dapat sms kalau Kakek meninggal dunia. Habis subuh kami segera ke kampung. Dan sekarang, jam dinding telah menunjukan pukul 23.00, kami baru nyampe di rumah. Tapi, rasanya ada yang aku lupakan. Ya Allah…. CERPEN. Dan deadlinenya adalah besok. Segera ku hidupkan laptopku. Lembarnya masih kosong. Aku mulai mengetik sesuatu di lembar tersebut. Detik-detik jam dinding menemaniku malam itu.

Tulilit…tulilit…

Tulilit…tulilit…

Ternyata alarm Hp ku berbunyi. Ketika ku sadar, ternyata aku sedang berbaring di atas kasur ku. Sayup-sayup ku dengar suara azan berkumandang. Buru-buru kulihat layar laptopku. Aku berharap kalau aku sudah menyelesaikan cerpen tersebut. Tapi apa yang kulihat…. Hanya lembaran kosong dengan satu tulisan huruf besar di atas kertas “DEADLINE, 24 JAM”. Aku tersadar bahwa aku telah abaikan amanahku di akhir kepengurusan ini.
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain” (Qs. Alam Nasyrah : 7)


Padang, 5 Maret 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar