Senin, 22 Maret 2010

INTERNATIONAL STANDARD FOR TUBERCULOSIS CARE (ISTC)


Standard Untuk Diagnosis
STANDARD 1

•Setiap orang dengan batuk produktif selama 2-3 minggu atau lebih yang tidak jelas

penyebabnya harus dievaluasi untuk tuberkulosis

•Untuk pasien anak, selain gejala batuk, entry untuk diagnosis adalah berat badan

yang sulit naik dalam waktu kurang lebih 2 bulan terakhir atau gizi buruk

 

STANDARD 2

•Semua pasien (dewasa, remaja, dan anak yang dapat mengeluarkan dahak) yang

diduga mengalami TB Paru harus menjalani pemeriksaan dahak mikroskopik

minimal 2 dan sebaiknya 3 kali. Jika mungkin minimal satu spesimen harus berasal

dari dahak pagi hari

 

STANDARD 3

•Pada semua pasien (dewasa, remaja, anak) yang diduga mengalami TB Ekstra

Paru, spesimen dari bagian tubuh yang sakit seharusnya diambil untuk pemeriksaan

mikroskopik dan jika tersedia fasiliti dan sumber daya, dilakukan pemeriksaan biakan

dan histopatologi

•Sebaiknya dilakukan juga pemeriksaan foto toraks untuk mengetahui ada tidaknya

TB Paru dan TB Milier. Pemeriksaan dahak perlu dilakukan, bila mungkin juga pada

anak

 

STANDARD 4

•Semua orang dengan temuan foto toraks diduga TB seharusnya menjalani

pemeriksaan dahak secara mikrobiologi

 

STANDARD 5

•Diagnosis TB Paru sediaan apus dahak Negatif harus didasarkan kriteria berikut :

minimal pemeriksaan dahak mikroskopik 3 kali negatif (termasuk minimal 1 kali

dahak pagi hari) ; temuan foto toraks sesuai TB dan Tidak Ada Respons terhadap

antibiotika spektrum luas (Fluorokuinolon harus dihindari karena aktif terhadap M. TB

complex sehingga dapat menyebabkan perbaikan sesaat pada pasien TB.

•Untuk pasien ini, jika tersedia fasiliti, biakan dahak seharusnya dilakukan. Pada

pasien yang diduga terinfeksi HIV evaluasi diagnostik harus disegerakan.

STANDARD 6

•Diagnosis TB Intratoraks (paru, pleura dan KBG hilus atau mediastinum) pada Anak

dengan gejala namun sediaan apus dahak negatif seharusnya didasarkan atas

kelainan radiografi toraks sesuai TB dan paparan pada kasus TB menular atau bukti

infeksi TB (uji kulit tuberkulis positif atau interferron gamma release assay).

•Untuk pasien seperti ini, bila tersedia fasiliti, bahan dahak seharusnya diambil untuk

biakan (dengan cara batuk, bilas lambung atau induksi dahak)

•(ADD) Untuk pelaksanaan di Indonesia, diagnosis TB intratoraks pada anak

didasarkan atas pajanan kepada kasus TB yang menular atau bukti infeksi TB (uji

kulit tuberkulin positif atau interferon gamma release assay) dan kelainan radiografi

toraks sesuai TB

 

Standard Untuk Pengobatan

STANDARD 7

•Setiap praktisi yang mengobati pasien TB mengembang tanggung jawab kesehatan

masyarakat yang penting. Untuk memenuhi tanggung jawab ini praktisi tidak hanya

wajib memberikan paduan obat yang memadai tapi juga harus mampu menilai

kepatuhan pasien kepada pengobatan serta dapat menangani ketidakpatuhan bila

terjadi. Dengan melakukan hal itu, penyelenggara kesehatan akan mampu

meyakinkan kepatuhan kepada paduan sampai pengobatan selesai

 

STANDARD 8

•Semua pasien (termasuk mereka yang terinfeksi HIV) yang belum pernah diobati

harus diberi paduan obat lini pertama yang disepakati secara internasional

menggunakan obat yang bioavailabilitinya telah diketahui.

•Fase awal harus terdiri dari isoniazid, rifampisin, piranzinamin, dan etambutol.

•Fase lanjutan yang dianjurkan terdiri dari isoniazid dan rifampisin diberikan selama

4 bulan.

•Isoniazid dan etambutol selama 6 bulan merupakan paduan alternatif yang pada

fase lanjutan yang dapat dipakai jika kepatuhan pasien tidak dapat dinilai, akan

tetapi hal ini berisiko tinggi untuk gagal dan kambuh, terutama untuk pasien yang

terinfeksi HIV.

•Dosis OAT yang digunakan harus sesuai dengan rekomendasi internasional.

Kombinasi dosis tetap yang terdiri dari kombinasi 2 obat (RH), 3 obat (RHZ), dan 4

obat (RHZE) sangat direkomendasikan terutama jika menelan obat tidak diawasi.

•(ADD) Etambutol boleh dihilangkan pada fase awal pengobatan pasien dewasa dan

anak dengan sediaan apus dahak negatif, tidak mengalami TB paru luas atau

penyakit ekstraparu yang berat, serta diketahui HIV negatif

•(ADD) Secara umum terapi TB diberikan selama 6 bulan, namun pada keadaan

tertentu (meningitis TB, TB milier dan TB berat lainnya) terapi TB diberikan lebih

lama (9-12 bulan) dengan paduan OAT yang lebih lengkap sesuai dengan derajat

penyakitnya.

 

STANDARD 9

•Untuk membina dan menilai kepatuhan pengobatan, suatu pendekatan pemberian

obat yang berpihak kepada pasien, berdasarkan kebutuhan pasien, dan rasa saling

menghormati antara pasien dan penyelenggara kesehatan, seharusnya

dikembangkan untuk semua pasien.

•Pengawasan dan dukungan seharusnya sensitif terhadap jenis kelamin dan spesifik

untuk berbagai usia dan harus memanfaatkan bermacam-macam intervensi yang

direkomendasikan serta layanan pendukung yang tersedia, termasuk konseling dan

penyuluhan pasien.

•Elemen utama dalam strategi yang berpihak kepada pasien adalah penggunaan

cara-cara menilai dan mengutamakan kepatuhan terhadap paduan obat dan

menangani ketidakpatuhan, bila terjadi. Cara-cara ini seharusnya dibuat sesuai

keadaan pasien dan dapat diterima oleh kedua belah pihak, yaitu pasien dan

penyelenggara pelayanan.

•Cara-cara ini dapat mencakup pengawasan langsung menelan obat (directly

observed therapy-DOT) oleh pengawas menelan obat yang dapat diterima dan

dipercaya oleh pasien dan sistem kesehatan

 

STANDARD 10

•Semua pasien harus dimonitor responsnya terhadap terapi ; penilaian terbaik pada

pasien TB adalah pemeriksaan dahak mikroskopik berkala (2 spesimen) minimal

pada waktu fase awal pengobatan selesai (2 bulan), pada lima bulan, dan pada akhir

pengobatan.

•Pasien dengan sediaan apus dahak positif pada pengobatan bulan ke5 harus

dianggap gagal pengobatan dan pengobatan harus dimodifikasi secara tepat (std.14

dan 15).

•Pada pasien TB ekstraparu dan TB anak, respons pengobatan terbaik dinilai secara

klinis. Pemeriksaan foto toraks umumnya tidak diperlukan dan dapat menyesatkan.

•(ADD) Respons pengobatan pada pasien TB milier dan efusi pleura atau TB paru

BTA negatif dapat dinilai dengan foto toraks

STANDARD 11

•Rekaman tertulis tentang pengobatan yang diberikan, respons bakteriologis, dan

efek samping seharusnya disimpan untuk semua pasien

 

STANDARD 12

•Di daerah dengan prevalensi HIV tinggi (> 5 % penduduk) pada populasi umum dan

daerah dengan kemungkinan tuberkulosis dan infeksi HIV muncul bersamaan,

konseling dan uji HIV diindikasikan bagi Semua pasien TB sebagai bagian

penatalaksanaan rutin

•Di daerah dengan prevalensi HIV yang lebih rendah, konseling dan uji HIV

diindikasikan bagi pasien TB dengan gejala dan/atau tanda kondisi yang

berhubungan dengan HIV dan pada pasien TB yang mempunyai riwayat risiko tinggi

terpajan HIV

 

STANDARD 13

•Semua pasien dengan TB dgn infeksi HIV seharusnya dievaluasi untuk menentukan

perlu/tidaknya pengobatan antiretroviral (ARV) diberikan selama masa pengobatan

TB.

•Perencanaan yang tepat untuk mengakses ARV seharusnya dibuat untuk pasien

yang memenuhi indikasi.

•Mengingat kompleksnya penggunaan serentak OAT dan ATV, konsultasi dengan

dokter ahli di bidang ini sangat direkomendasikan sebelum mulai pengobatan

serentak untuk infeksi HIV dan TB, tanpa memperhatikan mana yang muncul lebih

dahulu. Bagaimanapun juga pelaksanaan pengobatan TB tidak boleh ditunda.

•Pasien TB dengan infeksi HIV juga seharusnya diberi kotrimoksazol sebagai

pencegahan infeksi lainnya.

 

STANDARD 14

•Penilaian kemungkinan resistensi obat, berdasarkan riwayat pengobatan OAT

terdahulu, paparan dengan sumber yang mungkin resisten obat, dan prevalensi

resistensi obat dalam masyarakat seharusnya dilakukan pada semua pasien.

•Pasien gagal pengobatan dan kasus kronik seharusnya selalu dipantau

kemungkinan akan resistensi obat.

•Untuk pasien dengan kemungkinan resistensi obat, biakan dan uji sensitifiti obat

terhadap RHE seharusnya dilaksanakan segera.

 

STANDARD 15

•Pasien TB yang disebabkan kuman resisten obat (khususnya MDR) seharusnya

diobati dengan paduan obat khusus yang mengandung OAT lini kedua. Paling tidak

harus digunakan 4 obat yang masih efektif dan pengobatan harus diberikan paling

sedikit 18 bulan.

•Cara-cara yang berpihak kepada pasien disyaratkan untuk memastikan kepatuhan

pasien terhadap pengobatan.

•Konsultasi dengan penyelenggara pelayanan yang berpengalaman dalam

pengobatan pasien dengan MDR-TB harus dilakukan.

 

Standard Untuk Tanggung Jawab Kesehatan Masyarakat

STANDARD 16

•Semua penyelenggara pelayanan untuk pasien TB seharusnya memastikan bahwa

semua orang (khususnya anak balita dan orang terinfeksi HIV) yang mempunyai

kontak erat dengan pasien TB menular seharusnya dievaluasi dan ditatalaksana

sesuai dengan rekomendasi internasional.

•Anak balita dan orang terinfeksi HIV yang telah terkontak dengan kasus menular

seharusnya dievaluasi untuk infeksi laten M. TB maupun TB aktif

 

STANDARD 17

•Semua penyelenggara pelayanan kesehatan harus melaporkan kasus TB baru

maupun kasus pengobatan ulang serta hasil pengobatannya ke kantor dinas

kesehatan setempat sesuai dengan peraturan hukum dan kebijakan yang berlaku

•Pelaksanaan pelaporan seharusnya difasilitasi dan dikoordinasikan oleh Dinas

Kesehatan setempat, sesuai dengan kesepakatan yang dibuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar