Lagi-lagi malam ini kewaspadaanku harus meninggkat, atau lebih tepat ku gunakan kata “ditingkatkan”. Makhluk itu tiba-tiba muncul dihadapanku. Aku terperanjat. Seketika adrenalinku meningkat. Aku palpitasi, berkeringat dingin, pucat dan diam di tempat. Tepat beberapa detik setelah itu, aku meloncat tak tentu arah. Yang penting, aku harus menjauh dari tempat itu.
Anehnya, makhluk itu tak bergeming sedikit pun. Membuat ku tambah panik. Itu adalah salah satu tanda-tanda makhluk aneh yang ku takuti --tak merespon terhadap rangsangan--. Saat keadaan tubuhku sudah terkompensasi, aku mulai cari solusi dan ambil aksi. Seperti biasa, kemoceng adalah senjata terampuhku. Dengan gerakan bak seorang pe’anggar’ ulung, ku arahkan kemoceng itu pada makhluk yang membuatku ketakutan. Namun sayang, dia tak jua bergeming. Apa yang harus kulakukan??? Aku paling takut dengan “makhluk” yang tidak tangap dengan respon. Aku menganggap “makhluk itu” adalah makhluk yang patologis.
Akhirnya jurus terakhirpun ku kerahkan. Panggil k’Riri untuk ngusir tuh makhluk. Masalah pun terselesaikan, tapi masih meninggalkan perasaan waspada yang sangat tinggi pada diriku. Benar-benar perasaan yang tidak menyenangkan.
Kejadian itu pun terulang lagi. Ini malah lebih aneh. Aku bertemu dengan makhluk tersebut, tapi anehnya makluk itu lagi kejang-kejang. Ih, aku juga nggak tau apa yang terjadi sama dia. Abis kejang-kejang, eh dia malah diam aja kayak patung, nggak gerak sama sekali. Saat kejang-kejang, ekornya menghempas-hempas ke atas dan ke bawah serta kaki dan tangannya bergerak ke atas dan ke bawah juga kayak orang lagi berenang gitu. Ih, benar-benar aneh. Akhirnya benteng pertahananku roboh, aku pun menggunakan jurus terakhir lagi, yaitu manggil ila untuk ngusir tuh makhluk. Thanks Ila, thanks kak riri. Thanks Allah………..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar